Kisah monyet dan ikan adalah kisah yang banyak digunakan dalam pendidikan dan pelatihan tentang perencanaan pembangunan, terutama ketika berbicara tentang program yang berhubungan langsung dengan kehidupan masyarakat.
Kisah ini bercerita tentang persahabatan seekor monyet yang hidup di atas pohon yang tumbuh di pinggir sungai dengan seekor ikan yang hidup di dalamnya. Pertemanan di antara mereka sudah sangat erat, sehingga mereka banyak berbagi. Monyet terkadang memetik buah dari atas pohon dan dijatuhkan ke dalam sungai agar bisa dinikmati temannya, dan ikan yang sesekali mencari kerang untuk diberikan ke monyet sebagai santapan.
Pada suatu hari, terlihat mendung di muara. Sang monyet khawatir. Awan hitam tentu akan menurunkan hujan deras, sehingga apabila terjadi banjir, bisa saja menghanyutkan dan membunuh temannya sang ikan. Sambil berlompatan dan berlarian di sisi sungai, ia memanggil-manggil temannya itu. Kecemasannya terus bertambah, dan temannya belum juga terlihat. Mendung semakin tebal.
Dalam ketegangannya, mendadak ikan muncul mendekati tepi untuk menyapa sahabatnya sebagaimana biasa. Monyet yang panik dan tegang tanpa pikir panjang langsung menyambar temannya itu dan membawanya ke atas pohon.
Hujan lebat yang turun membuat sang monyet memeluk temannya itu dengan penuh kasih sayang.
Ketika hujan reda, sang monyet tersenyum lega. Iapun membuka pelukannya dan ternyata sang ikan telah mati.
Dalam kisah sederhana ini, selalu dimunculkan pertanyaan, siapa yang salah di antara keduanya. Apakah monyet yang dengan penuh keikhlasan ingin menolong temannya, atau ikan yang tidak berteriak lantang bahwa ia tidak membutuhkan bantuan temannya itu?
Semua bisa memberi jawaban. Tapi semua itu tidaklah penting. Yang terpenting, kisah ini memberi kita pemahaman bahwa program pembangunan yang dengan niat baik sekalipun, terkadang justru tidak dibutuhkan masyarakat.
(selayarbaru@yahoo.com)